Bacalah Dahulu

"Cerita ini memang fiksi. Namun, bila anda dapat menemukan pesan dan makna dari cerita ini, dan itu dapat merubah anda. Pesan dan makna itulah yang non-fiksi"



-zuzu-

Senin, 13 September 2010

Pemuda itu Bernama Michi

Seorang pemuda yang sedang duduk memakai sepatu di depan pintu rumahnya.

Pemuda itu pun berdiri, dan berjalan menuju pintu rumahnya lalu berangkat menuju sekolahnya. Pemuda tersebut berjalan di jalanan yang masih sepi, jelas, karena Ia berangkat pada pukul 05.00. Di depan komplek perumahannya Ia memberhentikan sebuah bis lalu pergi menaikinya.

Ia pun sampai di depan pintu gerbang sekolahnya. Tertulislah di situ Benrina Kagaku. Itu adalah sekolah yang lumayan bagus. Saat ia memasuki gerbangnya, sekolah masih terlihat sepi, Ia pun berjalan menuju pintu sekolah dan melihat papan pengumuman. Ternyata, hari ini adalah pembagian kelas.

Setelah melihat itu, Ia pun berjalan menuju bangku yang berad di lapangan. Dia pun duduk dan menaruh tasnya di sampingnya. Ia berdiam beberapa menit, lalu mengambil sebuah buku dari tasnya. Dia terus menundukan kepalanya untuk membacanya, sampai akhirnya datanglah seseorang menyapanya.

"Hai kau!.." teriak seseorang. Mendengarnya pemuda ini pun menoleh ke orang tersebut. Orang tersebut berlari-lari, lalu berhenti di depannya. "Hai.. Siapa namamu?.."

"Namaku, Michi, Michi Yoroshi..." jawab pemuda itu.

"Hehe.. Panggil saja aku, Yuka.." balasnya sambil tersenyum.

Di situlah awal bagi Michi sang pemuda. Dia berkenalan dengan serorang Pria bernama Yukaina Nakama.

Michi adalah seorang pemuda berumur 15 tahun, Ia tinggal di kota Asuri, dan sekarang bersekolah di Benrina Kagaku. Ia menyukai mesin dan segala yang berhubungan dengan itu. Ayahnya bernama Michi Okotte, sedangkan ibunya bernama Michi Utshukushi. Ayahnya bekerja sebagai seorang Peneliti struktur bumi dan ibunya bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Kondisi perekonomiannya cukup baik, namun, ayahnya jarang pulang karena harus meneliti berbagai tempat.

"Hmm.. Kau hebat sekali, datang pukul 05.00.." puji Yuka kepada Michi.

"Haha.. Kau bergurau, ini hanya sebuah kebetulan saja.." tanggap Michi.

"Hm.. tapi aku heran.. Jam segini, sekolah masih sepi" Yuka berkata sambil melihat langit. "Di tempatku saja, jam segini sudah banyak orang yang datang.." lanjutnya.

"He?.. bukannya ini tempatmu? Memangnya kau dari mana?" tanya Michi.

"Haha.. Maaf sebelumnya, aku bukan asli dari sini.. Aku berasal dari pulau kecil di sebelah kota Asuri ini..." ujarnya.

Michi terkejut dan berkata, "Pantas saja, Aku lebih pagi darimu.. Kau tahu, kalo rumahmu hanya tiga meter dari sini, mungkin kau sudah sampai disini pukul setengah tiga.."

"Kenapa bisa begitu, Michi?" tanyanya kebingungan.

"Itu sudah jelas, jarak sekolah dari pulau itu lumayan jauh. Kau juga harus menyeberangi laut.. Kau tentu harus berangkat pagi sekali untuk sampai di sini" jawabnya. "Aku salut padamu yang mampu mengatasi keterbasanmu itu.." lanjutnya.

"Hmm, Michi.. Itu biasa, yang kau bilang memang benar.. Tapi kalau kita hidup dalam keterbatasan seperti itu, terkadang dapat memotivas kita untuk maju.. Dan sekarang itulah yang ku alami.." Yuka pun tersenyum.

Melihat dan mendengar muka dan kata-kata Yuka tadi, Michi juga ikut tersenyum. "Dia pasti teman yang dapat di andalkan" gumamnya.

Tidak ada komentar: