Mata yang bersinar putih, memiliki tubuh yang besar, dengan tinggi kira-kira tiga meter, memakai baju perang Jepang Kuno yang keras dan berat, membawa pedang bermata dua yang panjangnya sekitar 4 meter yang digendong di punggungnya. Bukan cuma itu, tangan kanannya mempunyai struktur yang rumit sekali, dengan kabel-kabel dan bulatan yang bisa berubah menjadi senjata ganas. Di perutnya terdapat sebuah tonjolan berbentuk piramid, entah untuk apa gunanya. Kira-kira seperti itulah ciri-ciri makhluk tersebut.
Ageru Arumono menghela nafas, lalu berlari menuju makhluk tersebut. Saat Ageru Berlari, salah satu dari makhluk itu maju ke posisi paling depan lalu berdiri di posisi tersebut. Piramid di perut makhluk itu mekar dan timbul sebuah lingkaran hologram berwarna merah muda. Lingkaran tersebut memiliki sedikit tulisan aneh di pinggirannya. Dan di bagian tengahnya terdapat sebuah tulisan Reikon
"Apa maksudnya itu?" gumam Ageru saat masih berlari.
Tulisan Reikon itu seakan-akan lepas lalu berubah menjadi sebuah bola besar. Bola besar itu kemudian ditembakan ke arah Ageru yang sedang berlari. Menjadi sebuah cahaya biru yang bersifat merusak. 'DYAAAASSHH' tembakan itu menimbulkan suara yang sangat kencang sama seperti cahaya yang bergerak lurus itu.
Ageru pun berhenti, meloncat tinggi lalu membuat suatu garis khayal yang dapat terlihat. Garis itu berubah menjadi oval. Ageru pun menginjakan kakinya kembali di tanah setelah melompat, lalu Ia melompat ke belakang. Tepat pada saat Ia melompat, cahaya biru tersebut semakin mendekat dan akhirnya menghantam oval yang telah dibuat Ageru tadi.
'DUUUAAAMM' dengan dasyat cahaya biru dan oval itu bertabrakan. Gesekan cahaya biru itu membuat percikan api yang banyak. Sekarang tempat itu benar-benar terang. Ternyata seperti di awal-awal tadi, Ageru memiliki kemampuan memantulkan energi atau kekuatan seseorang secara tidak langsung (maksudnya adalah, bila Ageru di serang secara langsung, yaitu dengan menggunakan tangan langsung atau kaki langsung, Ageru tak dapat memantulkannya).
Cahaya biru tersebut memantul dan melesat kembali ke arah dari mana dia berasal. 'BOOOMMM' cahaya tersebut menghantam makhluk yang tadi mengeluarkannya. Makhluk itu pun lenyap.
Ageru, jongkok karena kehabisan tenaga. Nafasnya terengah-engah. Spontan saja, semua makhluk yang masih tersisa berjalan menuju Ageru.
"Sial.. ! Aku akan maju pimpinan" ujar Shi.
Mijikai hanya mengangguk. Shi pun mengajak Kirei dan Kama. Kirei (Kirei Onna) adalah seorang wanita yang juga anggota dari Organisasi Perdamaian itu, Dia seperti wanita pada dasarnya feminim, namun keberanian membuat dia terlihat berbeda. Dia memakai baju gaun dengan bawahan yang menggembung (yang biasa di pakai oleh bangsawan-bangsawan) sepanjang lutut dan rambutnya sering dibuat berponi.
Sedangan Kama (Kama Tsuki) adalah laki-laki yang selalu membawa pedang besar bernama Vela no Seikatsu. Sekarang, Ia menggunakan kemeja berdasi dan celana panjang.
"Ayo.. Kirei.. Kama.. Aku tak mau kita kehilngan anggota" Shi pun berlari menuju Ageru yang masih berjongkok disusul dengan Kirei dan Kama.
Mahkluk-mahkluk itu terus berjalan. Shi, Kirei, dan Kama pun terus berlari, dan akhirnya mereka sampai di tempat Ageru. Ditepuknya pundak Ageru oleh Shi, "berdiri kau.." ujarnya.
Ageru pun berdiri. Sekarang mereka berempat berada di posisi paling depan.
"Kenapa kau biarkan mereka maju?.. Kenapa kita tidak bersama-sama menghabisi mahkluk itu?" tanya Kubo kepada Mijikai.
"Hmm.. Karena kalau kita maju bersama-sama. Ada kemungkinan kita yang akan dibantai, karena kita tak tau bagaimana kemampuan mahkluk itu." Balas Mijikai menjawab pertanyaan Kubo tadi.
Kama memiliki pedang besar yang ia bawa di punggungnya. Saat itu, Ia mengeluarkan pedangnya tersebut dan menancapkannya ke tanah. Pedang itu tiba-tiba meleleh, seperti lilin. Kama pun membentuk lilin tersebut menjadi sebuah figur manusia.
Namun, proses tersebut terlalu lama. Mahkluk-mahkluk itu terus berjalan mendekati mereka berempat.
"Shi.. Kirei.. Lindungi aku ! Cepat !" perintahnya.
Shi dan Kirei pun maju ke depan Kama untuk melindunginya. Sedangkan Kama masih dalam proses membentuk lilin yang meleleh tersebut. Satu mahkluk berhenti dan melakukan hal yang sama seperti tadi, Ia membuka tonjolan dan melemparkan cahaya biru.
'DYAAAASSSHH' dengan sangat cepat cahaya biru itu melesat ke arah mereka berempat. Ageru pun melakukan hal yang sama, Dia meloncat dan membuat oval seperti tadi. Cahaya itu pun kembali ke asalnya dan mengenai mahkluk yang mengeluarkannya.
Sekarang Ia benar-benar tergeletak tak berdaya.
"Sudah tiga kali ia menggunakannya" gumam Shi, sambil memandangi Ageru yang tergeletak itu.
"Shi ! Fokus!" Kirei meneriaki Shi.
"Ah, iya..." Shi, kembali dalam posisi siap. "Oi, Kama.. Kapan bisa jadinya?" ujar Shi.
"Tenang lah.. Tenang" dengan suara bergetar Kama menjawab.
Akhirnya setelah beberapa menit Kama berhasil membentuk figur tersebut. Sekarang figur lilin itu berlari menuju makhluk-makhluk yang masih terus berjalan. Figur itu berlari dengan kecepatan tinggi. Figur itu pun sampai di depan salah satu makhluk dan menyentuhnya. Makhluk tersebut berubah menjadi lilin, satu makhluk tumbang, lalu dia berlari ke makhluk satunya.
Sampai akhirnya figur itu kembali karena kehabisan bahan bakar.
"Apa bahan bakarnya?" tanya Shi.
"Pengalaman bertarung.." jawab Kama yang sedang mengelap Vela no Seikatsu yang sudah berubah menjadi pedang kembali.
Serangan Kama membuat jumlah mahkluk itu semakin sedikit.
"Ah, aku menyadari sesuatu.." ujar Mijikai Enpitsu.
"He? Apa itu?.." Kubo menanggapi.
"Saat cahaya biru itu ditembakan oleh mereka, tulisan itu menghilang bukan? Ini berarti jurus tersebut hanya dapat dilakukan sekali." lanjut Mijikai.
"Kau benar, jadi kita buat agar mereka mengeluarkan jurus itu?" tanya Kubo.
"Kita lihat saja nanti.." Mijikai pun berbalik menghadap belakang di mana semua anggota berdiri. "Semuanya.. Kali ini kita serang bersama-sama, kecuali kau Tokushe."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar