Bacalah Dahulu

"Cerita ini memang fiksi. Namun, bila anda dapat menemukan pesan dan makna dari cerita ini, dan itu dapat merubah anda. Pesan dan makna itulah yang non-fiksi"



-zuzu-

Minggu, 12 September 2010

Dua Puluh Lima Tahun Kemudian

Peperangan itu sekarang masih dikenang. Bukit yang menjadi medan peperangan pun dikenang dan sebut sebagai bukit perdamaian. Sekarang di belakang bukit sudah berdiri sebuah kota kecil. Kota tersebut bernama Asuri. Kota itu masih sangat asri, mungkin karena pengaruh bukit yang ada di depannya. Hawanya terasa sejuk, udaranya segar, langit pun jernih tanpa polusi.

Di kota ini, terdapat sebuah sekolah menengah atas bernama Benrina Kagaku sebuah sekolah yang lumayan bagus, baik dari segi bangunannya maupun mutu belajarnya.

Kota itu memiliki alun-alun, orang-orang biasa menyebutnya Heiwa Kinen-hi. Alun-alun itu berupa taman yang luas dengan tugu di tengah-tengahnya. Tugu tersebut dipasang di sebuah kolam air mancur. Tugu tersebut dibuat untuk mengenang anggota pasukan perdamaian.

Ada juga sebuah gedung bundar, yang berdiri di perbatasan kaki bukit dengan kota. Gedung itu sederhana, tingginya saja hanya delapan meter. Gedung itu berfungsi sebagai tempat walikota. Ada juga sebuah rumah sakit terkenal bernama Aliento dalam bahasa Indonesia berarti 'nafas'. Rumah sakir tersebut terkenal dengan tenaga dokter yang handal, serta penanganan yang baik.

Di sebuah sudut juga diselipkan patung Mijikai Enpitsu, yang dinamai Mijikai Enpitsu Rappel (Rappel di ambil dari bahasa Prancis yang berarti mengenang). Hal itu semata-mata untuk menghargai perjuangan mereka dahulu.

Di sebelah barat kota Asuri itu, ada sebuah pulau bernama Useto. Di pulau tersebut ada sebuah desa kecil yang penduduknya sebagian besar bekerja sebagai petani.

Tidak ada komentar: